Selasa, 05 Agustus 2008

Mengapa anak Indonesia sekarang gak mau jadi petani?


Pengaruh globalisasikah yang menyebabkannya, mungkin ya mungkin juga tidak. Apakah salah seorang anak yang disuguhi kekayaan maya dikaca televisi mendambakan untuk menjadi seorang pebisnis muda yang sukses? Menurut saya tidak, semua juga ingin kaya. Tapi yang salah adalah yang disampaikan oleh media tersebut tidak lengkap. Proses untuk menjadi kaya tidak pernah dijelaskan. Satu fenomena lain adalah keluhan para petani yang anaknya tidak mau meneruskan pekerjaan mereka. Saya tidak mau turun kesawah, berbecek-becekan dengan Lumpur dan membajak bersama kerbau, saya ingin berdasi, berpenghasilan tetap, punya kantor, punya kendaraan, dan hidup enak. Mungkin itu yang disampaikan oleh anak para petani.

Bagaimana nasib kita kalau banyak sawah yang tidak digarap, apa kita harus mengimpor beras lebih banyak lagi, malu dong sama tanah subur nan luas yang kita punya. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa tetap memproduksi beras tapi juga mengakomodir keinginan kaum muda. Lewat sebuah renungan saya mempunyai pandangan sebagai berikut.

Anak muda sekarang lebih memilih jadi karyawan pabrik dari pada jadi petani, kenapa? Saya berpikir bahwa mereka lebih menyukai pendapatan yang konsisten. Tiap bulan mereka dapat gaji dan ada berbagai macam tunjangan. Lalu kenapa kita tidak terapkan pada pertanian. Bagaimana bisa, itu pasti yang anda pikirkan. Coba kita telaah lagi, perkebunan bisa menerapkan sistem tersebut, mengapa pertanian tidak. Karena ini, karena itu, itu mungkin yang anda katakan. Tapi kalau tidak ada usaha untuk kearah sana kita tidak akan pernah tahu, sedangkan kalau kita coba dan masih ada kekurangan disana-sini, masih bisa di perbaiki.

Katakanlah diawali dari BUMN pertanian, dimana perusahaan ini mengurusi produksi pertanian dari lahan yang dimiliki negara. Karena masih banyak sekali lahan negara yang terbengkalai, malah yang tumbuh disana adalah bangunan-bangunan liar. Perusahaan ini memperkerjakan sejumlah orang untuk mengurusi sawah negara. Mereka merupakan karyawan yang di gaji bulanan dan akan mendapatkan tunjangan. Perusahaan ini akan terletak di daerah-daerah yang terdapat lahan negara yang potensial untuk dijadikan pertanian. Permasalahan yang dihadapi petani akan mahalnya pupuk, sulitnya bibit, sulitnya irigasi, dan lainnya pasti akan lebih mudah diatasi. Contohnya pupuk, pupuk akan didapat dari tangan pertama sehingga harga pasti akan lebih murah dan karena dibeli dalam jumlah besar kemungkinan ada diskon.

Potensialkah sebagai usaha, mungkin tidak bagi yang ingin meraup keuntungan setinggi-tingginya. Tapi dalam hal ini bukan dari sisi mencari keuntungan sebesar-besarnya kita melihat. Kita lebih memikirkan bagaimana cara meningkatkan produksi beras dalam negeri dan menyerap tenaga kerja yang ckup besar. Bisakah ini berjalan, sebagai orang awam saya katakan mungkin. Apalagi kalau yang pintar-pintar disana bisa memikirkan rencana ini dengan lebih matang dan sistematis. Adakah yang berani mencoba?

Salam

Orang Sok Tahu

Tidak ada komentar: