Selasa, 16 September 2008

mempersiapkan diri!

"Fa, kayaknya lo masuk tim arus mudik"

Saat seorang sahabat memberitahukan kepada saya, dalam hati saya berkata. " kenapa saya?"

Tapi bila menilik niat saya masuk ke dunia pertelevisian, ini adalah kesempatan!

Kalau bisa di bilang, saya adalah seorang yang banci tampil, atau senang menjadi pusat perhatian. Rasa ini saya temukan pada tahun 2003, saat saya pertama kali ngeMC. Saat itu, adalah pertama kalinya saya membawakan acara di depan banyak orang. Masa perkenalan fakultas adalah waktunya. Saat itu tidak saya rasakan sama sekali grogi atau bingung menghadapi ratusan orang didepan saya.

Sejak saat itu saya selalu mengajukan diri untuk membawaqkan acara. Semua saya lakukan tanpa bayaran, hanaya untuk mengasah jam terbang saya.

Latihan public speaking pun saya jalani untuk mengasah hobi baru saya. Di tempat latihan itu pula, yang membuka mata saya bahwa untuk menjadi seorang pembawa acara tidak semudah yang saya bayangkan.

Dari menjadi pembawa acara di depan public, saya memiliki cita-cita baru. yaitu untuk menjadi pembawa acara didepan kamera.

Banyak sekali yang persyaratan yang kurang untuk menjadi seorang presenter. Terutama adalah ukuran tubuh saya yang besar. Tampaknya masih belum umum di indonesia untuk menggunakan seseorang dengan badan yang tanggung. Tidak ideal, tapi juga tidak gemuk sekali.

Lalu, kesempatan itu datang. Dimulai dari latihan pertama. Saat itu saya di cap sebagai yang paling buruk oleh senior saya. Tapi itu tak membuat saya patah semangat, mengingat saya memenag masih belajar dana kan terus belajar.

Beberapa saat lagi, waktu yang dinanti akan tiba. Tepatnya tanggal 23 September 2008, saya akan berangkat untuk melaporkan arus mudik di jalur pantura.

#now or never#

Sabtu, 13 September 2008

MERINDANGI HATI BIDADARI

Saat ku dengar bahwa sang bidadari terluka, terbangun rasa tuk menghiburnya

Saat sang bidadari menitikkan airmatanya, ingin ku tukar itu dengan uraian senyumnya

Rupanya bidadari itu telah menggali luka sejak lama, dimulai saat dia pertama kali menautkan hatinya.

Bukankah keindahan itu lekang oleh waktu?

Rupanya sang bidadari lupa nilai yang lebih berharga dari sebuah keindahan. Ya, yang jauh lebih berharga.

Bukankah hati yang baik akan menghangatkannya?

Tapi sekarang bukan waktunya menyesali kesalahan.

Dan juga bukan waktu tuk menaruh dendam.

Sekarang adalah pancaran sinar terang yang membuka jalan.

Sekarang adalah waktu tuk meninggalkan lembaran hitam.

Biarlah ku menjadi pohon yang melindungi sang bidadari dari badai kelabilan

Biarkanlah aku menjadi kumpulan daun yang menutupinya dari terik kesedihan.

Karena hanya itu yang dapat aku lakukan, menghadapi kegamangannya saat ini.

Yaitu dengan merindangi hati sang bidadari pujaan.

Tak terbesit dalam hatiku untuk mengambil kesempatan.

Mungkin karena jurang perbedaan yang membentang.

Atau mungkin aku memang hanya seorang teman yang mencoba menjadi teman.

Dikfa 13/09/08