Sabtu, 09 April 2011

kumpulan status FB ku (3)

Dikfa Puradisastra
ketika masih ada kebutuhan yang lebih penting, kenapa mengorbankannya untuk bermewah-mewahan.
Dikfa Puradisastra
Segala suatu akan lebih enak bila dilakukan dalam suasana yang nyaman.
Dikfa Puradisastra
Hidup yg sehat itu yg serba cukup. Cukup kegiatan, penghasilan, istirahat, ibadah, dan hiburan. Jadi sehatkah hidup mu?
Dikfa Puradisastra
Jangan bicara besar dgn usaha kecil, jangan bicara jauh bila blm mulai melangkah, jangan bicara tinggi bila takut jatuh.
Dikfa Puradisastra
Mengenai waktu, kalau tidak bisa mendapatkan kuantitas, setidaknya kualitas
Dikfa Puradisastra
Manusia punya batasan, jangan lupa itu!
Dikfa Puradisastra
Kadang kita harus melihat dengan sudut pandang yang berbeda utk mengerti. Kadang kita harus mencontoh agar lebih baik. Kadang kita harus melihat kelebihan orang utk tetap berpijak.
Dikfa Puradisastra
Tak perlu bersuara, hanya berkarya.
Dikfa Puradisastra
ketika satu belum cukup, dua pun terasa kurang, telaah lagi itu kebutuhan atau cuma keinginan.
Dikfa Puradisastra
Kata orang, harus jadi penjahat utk sukses di Indonesia. Mari buktikan itu tak berlaku absolut.
Dikfa Puradisastra
Memikirkan, Mengatakan, dan Menerapkan. Ada kesulitan di masing2 tahapan. Kesungguhan menjadi aspek untuk memudahkan.
Dikfa Puradisastra
Kadang ragu membagi ilmu yang tak seberapa, takut menularkan yang tidak tepat.
Dikfa Puradisastra
Jadi orang yg perhitungan mungkin tidak baik, tapi menghitung itu sah-sah saja
Dikfa Puradisastra
A adalah awalan, Z sebuah penutup. Mari perbanyak kawan, karena musuh satu sudah lebih dari cukup.
Dikfa Puradisastra
Dan apapun itu, punya beragam sudut pandang. Termasuk ukuran penilaian akan sesuatu hal. Juga akan diri kita sendiri di sebuah lingkungan. Terkadang kita terbuai oleh suatu yang sifatnya sementara dan relatif.
Dikfa Puradisastra
Saat merasa ter- atau lebih dari yg lain, sebenarnya kita jauh dari itu. Cobalah melihat dibalik yg terlihat
Dikfa Puradisastra
Orang hebat tidak menunjukan kehebatannya melalui ucapan, tapi tindakan. Orang hebat tak perlu meminta pujian, karena dia memang pantas dipuji. Orang hebat tak pernah menepuk dada akan keberhasilan orang lain. Berarti saya masih jauh dari itu.
Dikfa Puradisastra
Pasti karena kurang ini itu jadi tidak dapat ini itu.
Dikfa Puradisastra
Berkarya lebih nikmat dari bekerja
Dikfa Puradisastra
Rasakan apa yg ingin kau rasakan. Lupakan yg ingin kau lupakan. Karena hidup di beri pilihan.
Dikfa Puradisastra
Secara naluriah, manusia lebih suka pujian daripada hujatan. Tapi bisa menerima masukan khan?
Dikfa Puradisastra
Mengetahui tepat atau tidak itu setelah di ambilnya sebuah keputusan. Kalau tidak bergerak, maka tak mungkin maju.
Dikfa Puradisastra
Ketika semua terlihat rusak, saatnya memperbaiki dari yg terdekat. Ketika semua hidup di awang-awang, saatnya kita kembali berpijak dan bercermin.
Dikfa Puradisastra
Mengapa kita suka berkutat pada masalah yang sama. Padahal kita sudah terbiasa menghadapinya. Mari melangkah maju.
Dikfa Puradisastra
Musik itu obat, musik itu sehat.
Dikfa Puradisastra
Saya cuma satu, kita berarti bersama. Jangan pernah lupa jasa mereka yg pernah membantu, karena kita tak pernah tahu perhitungannya.
Dikfa Puradisastra
Walau sudah membudaya, kalau tidak baik tetap harus dirubah. Contohnya, buang sampah sembarangan. Kalau kita tidak memulai, lalu siapa?
Dikfa Puradisastra
Hati-hati, jangan menjadi terlalu reaktif akan hal yg anda tidak pahami dgn baik. Krn tanpa sadar, si sok pintar lebih mudah di bodohi.
Dikfa Puradisastra
Istirahat bukan kebutuhan, tapi keharusan. Libur itu bukan hak tapi mutlak.
Dikfa Puradisastra
Orang terkaya bukanlah orang terbahagia. Orang terpenting bukanlah orang terhebat.
Dikfa Puradisastra
Kita bisa introspeksi dan bercermin dari yg kita hadapi sehari-hari..
Dikfa Puradisastra
beruntunglah kita yang dihadapkan dengan sikap orang yang membuat kita bisa menghindari sikap tersebut..
Dikfa Puradisastra
Kita tak bisa mengukur segala sesuatu dengan standar kita, karena kemampuan, persoalan, keikhlasan dan rasa berbeda-beda.
Dikfa Puradisastra
Batasan itu kita yang membuat, tapi memang perlu untuk dibuat. Asal jangan justru batasan itu yang kita buat menghambat langkah kita untuk berkembang.

Rabu, 06 April 2011

Entah kenapa....


Entah kenapa, berapa bulan belakangan ini saya lupa dengan yang namanya keceriaan, kebahagian, ketenangan, kepuasan, dan banyak lagi hal-hal menyenangkan. Saya bukan pekerja unggulan, tapi juga bukan yang terburuk. Dalam bekerja yang saya perlukan hanya keikhlasan hati untuk mengerjakannya. Pada saat hati tak bisa ikhlas, maka berantakanlah.

Entah kenapa, saya lupa dengan yang namanya profesionalisme yang sering diagungkan oleh banyak orang. Saya merasa profesional akan berkembang di sistem yang profesional. Kalau sistem yang kita huni tak mengindahkannya, lalu untuk apa? Timbal balik, itu yang terlintas di benak saya. Tak peduli orang mau berkata apa!

Entah kenapa, lelah rasanya mengerjakan hal yang tidak saya senangi dengan sistem yang tak mendukung. Mungkin saya memang bukan seorang yang tangguh seperti dia atau kebanyakan orang di tim saya.Ya memang saya yang bersalah, tapi itu hak saya untuk salah.

Entah kenapa, hari libur yang hampir tak pernah berkunjung pun selalu dihinggapi rasa tidak tenang. Saya berulang kali menatap atau memeriksa selular saya untuk memastikan tidak ada hal yang mendadak.Dan tetap saja saya tidak menikmati libur saya.

Entah kenapa, saya masih mampu menipu diri saya beberapa bulan ini. Berusaha membuat diri saya menerima apapun yang tampaknya diperlukan.Melakukan apapun, sekalipun itu menyiksa jiwa saya.Berpegangan pada yang mereka sebut profesionalisme tadi.

Entah kenapa, saya masih merasa perlu meminta maaf bila tidak bisa memenuhi tuntutan kerja. Walau kadang terlintas saya sudah berusaha melakukan semuanya secara maksimal, atau mungkin kurang? Saya sejujurnya tidak tahu.

Entah kenapa, saya baru bisa menuliskan ini sekarang. Saya tak tahu apa ini perlu saya tuliskan, yang saya tahu saya ingin menulisnya. ya, entah kenapa?