Kamis, 13 September 2012

Kemana angin membawa kita?

Ibarat sebuah kendaraan yang baru di luncurkan, tentu ada masa uji coba. Kebetulan saya di ajak untuk menguji coba kendaraan tersebut dan memberikan masukan kira-kira perbaikan apa yang harus dilakukan agar kendaraan ini bisa lebih laik. Perjalanan di mulai, tentu yang namanya barang baru dengan "teknologi dan sparepart" baru perlu di uji dengan seksama. Apalagi kendaraan ini di uji melalui jalan yang dikatakan jalan yang terjal dan berliku. Bahkan kendaraan yang sudah siap pakai saja kesulitan melalui jalan ini, lalu bagaimana dengan si kendaraan baru ini?

Perjalanan awalnya dilakukan dengan hati-hati, tapi sayangnya tidak bisa perlahan karena sudah harus siap berlari. Jujur kala itu, rasa penasaran akan daya tahan kendaraan ini memuat saya semangat ikut menjalankan kendaraan ini. Semua yang ada dalam kendaraan itu akhirnya menjadi tim yang solid dibawah komando yang kuat. Pergantian wakil nakhoda pun dilaksanakan untuk mempercepat peningkatan si kendaran. Hasilnya pun nyata, si wakil nakhoda baru membawa cahaya harapan yang bisa membantu kendaraan ini lebih baik. Walau terdengar keluh kesah, mereka tetap rela melakukan hampir apa saja agar si kendaraan baru ini bisa melewati jalanan yang terjal dan berliku tadi.

Perlahan, kendaraan baru ini mulai bisa dikendalikan dengan baik oleh sang nakhoda untuk melalui medan yang berat ini. Kalau istilah kendaraan, kendalinya sudah membaik. Itu pun terlihat dari hasil uji coba kendaraan terakhir. Di tengah jalan, nakhoda pun berganti. Tak cuma satu, kendaraan ini punya dua nakhoda, belum lagi satu wakil nakhoda yang sudah ada sebelumnya ditambah dua wakil nakhoda. Sayangnya, para nakhoda serta wakilnya seperti kehilangan arah.

Ternyata ide yang berbeda-beda dari nakhoda yang datang silih berganti membuat kenyamanan dan kesolidan tim berkurang. Dulu kita mengusung kerja keras, lelah, tak kenal waktu, galak, tapi Jelas dan Puas. Sekarang semua santai, tak penuh tuntutan, waktu lebih teratur tapi mengapa terasa tak menyenangkan. Kami seperti tak memiliki nakhoda dan arah kapal ini entah kemana.

Kru kapal pun mulai terbelah, sebagian mulai bekerja setengah hati, sebagian lagi bekerja dengan sakit hati, ada juga yang mungkin sudah tak memikirkan hati. Kapal memang berjalan sepertinya baik-baik saja. Ya, itu sekarang. Ke depan saya tak yakin dengan kondisi seperti ini.

Mungkin saat ini, kapal ini berpasrah pada arah angin membawanya kemana...