Sabtu, 13 September 2008

MERINDANGI HATI BIDADARI

Saat ku dengar bahwa sang bidadari terluka, terbangun rasa tuk menghiburnya

Saat sang bidadari menitikkan airmatanya, ingin ku tukar itu dengan uraian senyumnya

Rupanya bidadari itu telah menggali luka sejak lama, dimulai saat dia pertama kali menautkan hatinya.

Bukankah keindahan itu lekang oleh waktu?

Rupanya sang bidadari lupa nilai yang lebih berharga dari sebuah keindahan. Ya, yang jauh lebih berharga.

Bukankah hati yang baik akan menghangatkannya?

Tapi sekarang bukan waktunya menyesali kesalahan.

Dan juga bukan waktu tuk menaruh dendam.

Sekarang adalah pancaran sinar terang yang membuka jalan.

Sekarang adalah waktu tuk meninggalkan lembaran hitam.

Biarlah ku menjadi pohon yang melindungi sang bidadari dari badai kelabilan

Biarkanlah aku menjadi kumpulan daun yang menutupinya dari terik kesedihan.

Karena hanya itu yang dapat aku lakukan, menghadapi kegamangannya saat ini.

Yaitu dengan merindangi hati sang bidadari pujaan.

Tak terbesit dalam hatiku untuk mengambil kesempatan.

Mungkin karena jurang perbedaan yang membentang.

Atau mungkin aku memang hanya seorang teman yang mencoba menjadi teman.

Dikfa 13/09/08

Tidak ada komentar: